All My Children: The Fountain of Life menggunakan Perang Dunia II sebagai inspirasi untuk menciptakan lingkungan yang dalam dan otentik. Dalam permainan, pemain berperan sebagai orang tua, dan setiap keputusan secara langsung mempengaruhi nasib dan pengalaman emosional anak. Plot aslinya menghindari kejadian ekstrem, seperti gantung diri, untuk memastikan keaslian game.
Inti permainan adalah membentuk anak sehat jasmani dan rohani melalui tindakan praktis. Pemain perlu memilih dengan hati-hati, karena setiap keputusan berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Pilihan-pilihan tanpa kekerasan , seperti kekurangan makanan atau komentar-komentar sarkastik, dirancang untuk memicu konsekuensi negatif hanya ketika kepedulian diabaikan, dan bukan secara langsung mengarah pada tragedi.
Akhir dari permainan ini dibagi menjadi tiga tahap: berhasil mendidik anak-anak, dan kehadiran mereka akan muncul dalam berbagai adegan; jika tidak, membuat pilihan yang salah dapat menyebabkan kesialan bagi anak, dan plot berakhir dengan evaluasi negatif. Terlepas dari hasilnya, pemain akan merasakan dampak besar dari jalur yang berbeda.
Meskipun gameplay-nya mungkin tampak menantang, hal ini sebagian besar bergantung pada kesabaran dan strategi pemain. Dengan kehati-hatian, setiap pemain mempunyai kesempatan untuk membimbing anak-anaknya menuju masa depan yang cerah.
Secara keseluruhan, All My Children: Fountain of Life menawarkan pemain pengalaman simulasi pengasuhan anak yang unik dengan cerita yang mendalam dan pentingnya pengambilan keputusan pemain. Ingat, setiap pilihan penting!