Baru-baru ini, sebuah kasus yang terjadi di Texas, AS, menarik perhatian: seorang pengacara dihukum karena menggunakan AI untuk menghasilkan kasus dan kutipan palsu dalam dokumen pengadilan. Redaksi Downcodes akan melakukan analisis mendalam terhadap kejadian ini, membahas penerapan dan tantangan teknologi AI di bidang hukum, serta bagaimana menghindari kejadian serupa terulang kembali. Kejadian ini juga menjadi peringatan bagi para praktisi hukum. Selain memanfaatkan teknologi baru, mereka juga harus mematuhi etika profesional dan norma hukum untuk memastikan keakuratan dan keandalan pekerjaan hukum.
Baru-baru ini, dalam sebuah kasus di Texas, seorang pengacara dihukum karena menggunakan kasus dan kutipan palsu yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan dalam dokumen pengadilan. Insiden ini sekali lagi menarik perhatian pada penggunaan alat AI oleh para pengacara dalam pekerjaan hukum. Kasus tersebut melibatkan gugatan penghentian yang salah terhadap Goodyear Tire & Rubber.
Catatan sumber gambar: Gambar dihasilkan oleh AI, dan penyedia layanan otorisasi gambar Midjourney
Hakim Distrik AS Marcia Crone dari Distrik Timur Texas mengeluarkan keputusan pada hari Senin, memutuskan untuk mendenda pengacara penggugat Brandon Monk sebesar $2.000 dan mengharuskan dia menghadiri seminar hukum dalam Generative AI. Keputusan tersebut merupakan kasus lain dalam beberapa tahun terakhir di mana para pengacara dikenai sanksi disipliner karena mengutip klaim palsu yang dihasilkan oleh AI dalam dokumen pengadilan.
Goodyear mencatat dalam pengajuan pengadilan pada bulan Oktober bahwa beberapa kasus yang dikutip oleh Monk tidak ada. Sebagai tanggapan, Hakim Crown meminta Monk awal bulan ini untuk menjelaskan mengapa dia tidak boleh dihukum karena gagal mematuhi peraturan pengadilan federal dan lokal, khususnya gagal memverifikasi konten yang dihasilkan oleh teknologi.
Dalam pengajuan tanggal 15 November, Monk meminta maaf dan mengatakan hal itu terjadi karena kesalahan yang tidak disengaja saat menggunakan alat penelitian hukum AI. Ia juga mengakui bahwa beberapa referensi informasi tidak ditempatkan dengan benar. Namun, Hakim Crown memutuskan bahwa Monk bertanggung jawab karena gagal memverifikasi temuannya dan memperbaiki masalah setelah Goodyear menunjukkannya.
Dengan pesatnya perkembangan AI generatif, pengadilan federal dan negara bagian juga secara aktif merespons fenomena ini dan telah mengeluarkan perintah yang relevan untuk mengatur penggunaan alat AI oleh pengacara dan hakim. Karena AI ini sering kali menghasilkan informasi "fiktif" saat menghasilkan informasi, hal ini berpotensi menimbulkan risiko pada pekerjaan hukum. Kejadian ini tidak hanya mencerminkan perlunya kehati-hatian bagi pengacara saat menggunakan alat AI, namun juga mencerminkan pesatnya perkembangan teknologi di industri hukum. . Peringatan lain tentang bagaimana menjaga akurasi profesional dalam konteks
Kasus ini mengingatkan kita bahwa meskipun teknologi AI dapat meningkatkan efisiensi, namun keandalannya tetap perlu dipertimbangkan secara matang. Pekerja hukum harus memperkuat pemahaman dan penerapan alat AI mereka dan selalu menjaga sikap profesional yang ketat untuk memastikan keakuratan dan keandalan pekerjaan hukum. Hanya dengan cara inilah kita dapat menjaga keadilan dan keadilan hukum dengan lebih baik di tengah gelombang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.