Baru-baru ini, editor Downcodes mengetahui bahwa iklan Natal terbaru yang dirilis oleh Coca-Cola Company yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan telah menimbulkan kontroversi besar. Menampilkan armada truk yang mengantarkan Coke, iklan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan apa yang mungkin terjadi dalam iklan masa depan. Namun, kurangnya suasana meriah dalam iklan tersebut telah dikeluhkan oleh banyak konsumen sebagai "sampah", "jelek" dan "malas", memicu diskusi luas tentang penerapan kecerdasan buatan dalam produksi periklanan.
Coca-Cola baru-baru ini meluncurkan iklan Natal yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan, yang mendapat reaksi keras dari netizen. Iklan tersebut menunjukkan armada truk berwarna merah ceri melaju di sepanjang jalan bersalju, mengantarkan Coke sedingin es kepada pelanggan di kota yang dihiasi hari libur. Meskipun kampanye tersebut menunjukkan seperti apa iklan komersial di masa depan, banyak konsumen yang tidak merasakan semangat perayaan tersebut, dan mengkritik iklan merek minuman tersebut sebagai "sampah", "jelek", dan "malas".
Perangkat lunak kecerdasan buatan Coca-Cola, Real Magic AI, digunakan dalam iklan tersebut dan menyertakan penafian cetak kecil dalam video tersebut. Meskipun kampanye tersebut dirancang untuk mempromosikan Coca-Cola Zero Sugar, konsumen menyatakan kemarahannya atas penggunaan kecerdasan buatan.
Jason Zada, pendiri Secret Level, salah satu dari tiga studio kecerdasan buatan yang bekerja sama dengan Coca-Cola, percaya bahwa masih ada elemen manusia dalam video tersebut untuk menciptakan efek "hangat". Namun, banyak konsumen yang tidak merasakan kehangatan ini dan malah mengkritik iklan tersebut sebagai "mimpi buruk distopia".
Pratik Thakar, wakil presiden dan kepala global kecerdasan buatan generatif di Coca-Cola, mengatakan perusahaannya menggunakan acara generasi mendatang untuk menghubungkan “warisan” mereka dengan “masa depan dan teknologi.” Ia yakin penggunaan teknologi ini dapat menghemat uang, tak terkecuali waktu.
Namun, reaksi konsumen menunjukkan bahwa iklan yang dihasilkan oleh AI mungkin belum menjadi pilihan terbaik.
Kejadian ini memicu pemikiran masyarakat tentang penerapan kecerdasan buatan dalam pembuatan iklan, dan juga menyoroti pentingnya cara memahami kebutuhan emosional dan estetika konsumen dengan lebih baik sambil mengejar efisiensi. Editor Downcodes percaya bahwa perkembangan kecerdasan buatan di bidang periklanan di masa depan memerlukan lebih banyak perhatian pada integrasi kepedulian dan kreativitas humanistik.