Saat ini, dengan pesatnya perkembangan teknologi AI, bagaimana membedakan pengguna sebenarnya dari simulasi kecerdasan buatan telah menjadi isu penting. Baru-baru ini, insiden "Strawberry Brother" telah menarik perhatian luas, menyoroti kebutuhan mendesak akan verifikasi identitas online. Dalam kejadian tersebut, akun AI bernama @iruletheworldmo berhasil menyamar menjadi manusia hingga terbongkar oleh pendiri MultiOn. Hal ini mendorong para sarjana dari 25 institusi termasuk OpenAI, Microsoft, dan MIT untuk mengusulkan konsep "Personality Credentials" (PHC), yang bertujuan untuk memecahkan masalah verifikasi identitas online.
Saat ini, ketika agen AI ada di mana-mana di Internet, cara membedakan mana yang benar dan yang salah telah menjadi masalah yang sulit. Baru-baru ini, seorang "pelapor" AI bernama @iruletheworldmo membuat heboh di Internet. Dia membodohi seluruh jaringan sebagai "Saudara Stroberi" hingga dia diungkap oleh pendiri startup AI MultiOn.
Peristiwa tersebut mendorong masyarakat untuk berpikir mendalam tentang bagaimana membuktikan "Saya adalah saya" di dunia online. Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti dari 25 institusi termasuk OpenAI, Microsoft, MIT, dan UCB telah mengusulkan teknologi baru yang disebut "Personhood Credentials (PHC)". Teknologi ini dapat membuktikan bahwa penggunanya adalah orang sungguhan dan bukan AI tanpa mengungkapkan informasi pribadi apa pun.
Apa itu "sertifikat kepribadian"?
"Kredensial kepribadian" adalah kredensial digital yang menggabungkan verifikasi dunia nyata dengan enkripsi aman. Kredensial ini memungkinkan pengguna untuk membuktikan kepada layanan online bahwa mereka adalah orang sungguhan dan bukan AI tanpa mengungkapkan informasi pribadi apa pun.
Prinsip teknis
Penerapan "kredensial kepribadian" bergantung pada dua elemen utama: verifikasi dunia nyata dan teknologi enkripsi. Tidak peduli bagaimana teknologi AI berkembang, kedua poin ini tidak dapat dipalsukan. Pengguna harus memiliki hubungan dengan lembaga tepercaya seperti pemerintah, mendapatkan kredensial melalui partisipasi offline, dan menyelesaikan verifikasi identitas melalui bukti tanpa pengetahuan tanpa mengungkapkan informasi identitas.
Teknologi ini memiliki prospek penerapan yang luas dan dapat digunakan untuk menyaring konten online, menentukan tingkat kepercayaan dalam menerima informasi, dan bahkan memastikan bahwa pihak lain adalah entitas manusia dalam skenario seperti belanja online atau negosiasi transaksi.
Namun, penerapan “kredensial kepribadian” juga menghadapi beberapa tantangan, termasuk akses yang adil, kebebasan berekspresi, pemeriksaan otoritas, dan ketahanan terhadap serangan dan kesalahan. Untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat digunakan dalam kehidupan nyata secara adil dan aman, pemerintah, pembuat kebijakan, pemimpin, dan peneliti perlu bekerja sama untuk mempelajari berbagai arah penerapan dan merumuskan kebijakan dan aturan yang tepat.
Referensi: https://x.com/sjgadler/status/1824245211322568903
Teknologi "kredensial kepribadian" memberikan ide-ide baru untuk memecahkan masalah verifikasi identitas online, namun penerapannya masih perlu mengatasi banyak tantangan. Di masa depan, cara membedakan manusia dan AI secara efektif sekaligus melindungi privasi pribadi akan menjadi topik penting yang memerlukan eksplorasi berkelanjutan.