Persaingan di bidang kecerdasan buatan menjadi semakin ketat, dan raksasa teknologi pun berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Baru-baru ini, majalah Nature menyoroti laporan dari database PARAT, yang dirilis oleh Center for Security and Emerging Technologies (CSET) di Georgetown University. Laporan tersebut secara komprehensif mengungkap persaingan dalam industri AI global dengan menganalisis makalah penelitian, permohonan paten, dan data bakat . pola. Laporan tersebut tidak hanya meruntuhkan beberapa persepsi yang melekat pada industri AI, tetapi juga memberikan referensi berharga bagi kami untuk memprediksi tren perkembangan di masa depan.
Dalam persaingan yang ketat dalam bidang kecerdasan buatan, siapakah pemimpin sebenarnya? Baru-baru ini, laporan terbaru dari database PARAT mengungkap misteri industri AI global dan menyajikan lanskap persaingan yang menakjubkan. Data ini, yang disoroti oleh majalah Nature, tidak hanya menumbangkan pengetahuan yang kita miliki, namun juga menunjukkan kepada kita tren perkembangan terkini di bidang AI.
Di sudut arena ini, dua raksasa teknologi, Alphabet (perusahaan induk Google) dan Microsoft di Amerika Serikat, menonjol karena keunggulan absolut mereka dalam jumlah kutipan makalah AI. Di sisi lain, Baidu dan Tencent dari Tiongkok telah menunjukkan stamina yang kuat dengan jumlah permohonan paten yang luar biasa.
Wasit dalam kompetisi ini adalah database PARAT Emerging Technology Observatory (ETO). Sebagai bagian dari Center for Security and Emerging Technologies (CSET), lembaga pemikir yang berbasis di School of Foreign Service Universitas Georgetown memberikan perspektif baru tentang aktivitas AI dengan melacak aktivitas AI sektor swasta, termasuk makalah penelitian, publikasi paten, dan metrik bakat tren perkembangan AI.
Ngor Luong, analis senior di CSET, menekankan bahwa di dunia AI saat ini, penelitian mutakhir tidak lagi terbatas pada menara gading, namun juga berkembang pesat di industri. Pandangan ini sangat didukung oleh data PARAT. Yang mengejutkan, perusahaan-perusahaan besar Tiongkok unggul dalam bidang ini. Kepala analis Zachary Arnold menunjukkan bahwa meskipun beberapa orang mungkin skeptis terhadap kualitas penelitian perusahaan-perusahaan Tiongkok, data menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok seperti Tencent, Alibaba, dan Huawei berada di peringkat teratas dalam hal jumlah makalah dan pracetak AI yang paling banyak dikutip secara global.
Dalam kompetisi AI ini, ada satu titik terang yang sangat menarik perhatian. Makalah "Attention Is All You Need" yang diterbitkan oleh tim Google pada tahun 2017 mengusulkan arsitektur Transformer yang revolusioner dan menjadi makalah yang paling banyak dikutip dalam semua penelitian AI. Makalah ini seperti Bintang Utara di bidang AI, yang memandu arah pengembangan seluruh industri.
Namun kinerja lembaga-lembaga Tiongkok juga sama mengesankannya. Misalnya, makalah ICNet tentang metode segmentasi semantik real-time yang ditulis bersama oleh Chinese University of Hong Kong, Tencent, SenseTime, dan lembaga lainnya telah dikutip lebih dari 1.700 kali, yang menunjukkan kekuatan Tiongkok dalam bidang penelitian AI.
Di bidang permohonan paten, persaingan menjadi semakin ketat. Dalam sepuluh tahun terakhir, hanya tiga dari sepuluh perusahaan teratas dengan jumlah permohonan paten AI terbesar yang merupakan perusahaan Amerika, dan sisanya didistribusikan di Tiongkok, Jerman, dan Korea Selatan. Data ini tidak hanya menunjukkan tren globalisasi industri AI, namun juga mencerminkan situasi persaingan berbagai negara di bidang AI.
Basis data PARAT juga mengungkapkan fakta yang kurang kita ketahui: banyak perusahaan yang tidak dikenal dengan inovasi AI ternyata secara mengejutkan aktif di bidang AI. Hal ini mengingatkan kita bahwa ketika kita memperhatikan raksasa teknologi, kita tidak boleh mengabaikan potensi kuda hitam tersebut.
Di medan pertempuran utama dalam kompetisi bakat, PARAT memberi kita gambaran yang jelas dengan menganalisis jumlah posisi AI di LinkedIn. Amazon memimpin daftar dengan 14.000 pekerjaan AI, diikuti oleh perusahaan konsultan multinasional Accenture. Data ini tidak hanya mencerminkan keinginan perusahaan terhadap talenta AI, tetapi juga menunjukkan investasi dan ambisi mereka di bidang AI.
Melalui analisis multidimensi database PARAT, kami dapat mengkaji secara komprehensif kinerja masing-masing perusahaan di bidang AI. Data ini seperti cermin, tidak hanya mencerminkan lanskap kompetitif industri AI saat ini, tetapi juga menunjukkan tren perkembangan di masa depan.
Dalam perang AI tanpa asap ini, tidak diragukan lagi bahwa raksasa teknologi Amerika Serikat dan Tiongkok adalah pihak yang menjadi protagonis. Namun seiring dengan semakin banyaknya negara dan perusahaan yang mengikuti kompetisi ini, masa depan AI akan semakin menarik. Sebagai saksi dari era ini, kita punya alasan untuk percaya bahwa pesatnya perkembangan teknologi AI akan berdampak besar pada masyarakat manusia, mengubah gaya hidup kita, dan membentuk kembali masa depan kita.
Referensi: https://www.nature.com/articles/d41586-024-02515-1
Secara keseluruhan, laporan database PARAT memberi kita gambaran komprehensif mengenai lanskap persaingan AI global, memungkinkan kita melihat persaingan sengit antara raksasa teknologi AS dan Tiongkok, serta partisipasi aktif negara dan perusahaan lain. Di masa depan, teknologi AI akan terus berkembang dan berdampak besar pada kehidupan kita, dan hal ini patut untuk terus kita perhatikan.