Di era ledakan informasi, konten video tumbuh secara eksponensial, dan teknologi pencarian dan analisis tradisional tidak lagi mampu memenuhi permintaan tersebut. Dua Belas Labs muncul, menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk membawa perubahan revolusioner pada pemahaman video. Model canggih yang dikembangkan oleh perusahaan dapat memahami konten video secara mendalam dan melampaui pengenalan kata kunci sederhana untuk mencapai analisis tindakan, objek, dan suara yang tepat, sehingga memberikan pengalaman pencarian dan analisis video yang lebih akurat dan efisien kepada pengguna.
Di tengah membanjirnya media digital, video tumbuh dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, metode pencarian dan analisis tradisional selalu dibatasi oleh keterbatasan teknologi. Dua Belas Labs merevolusi situasi ini, menggunakan kekuatan kecerdasan buatan untuk menghadirkan pemahaman revolusioner tentang konten video.
Pencarian video tradisional hanya berhenti pada tingkat judul dan tag, yang ibarat hanya melihat puncak gunung es. Jae Lee, pendiri Dua Belas Labs, tahu bahwa pemahaman video yang sebenarnya membutuhkan teknologi yang lebih dalam. Model mereka lebih dari sekadar mengenali kata kunci dan juga dapat memahami tindakan, objek, dan suara latar belakang dalam video.
Ini berarti pengguna dapat mengajukan pertanyaan yang sangat tepat, seperti "Kapan pria berkemeja merah memasuki restoran" dan mendapatkan jawaban yang akurat. Kemampuan disruptif ini menarik perhatian raksasa teknologi seperti Nvidia dan Samsung.
Berbeda dari model multi-modal umum Google dan Microsoft, Lab 12 mengambil pendekatan unik dan berfokus pada pemahaman video. Model mereka memungkinkan pengembang untuk menyesuaikan alat analisis video mereka sendiri, dengan aplikasi mulai dari penempatan iklan hingga moderasi konten.
Yang lebih terpuji lagi adalah Dua Belas Labs selalu menjaga kepekaan etika sambil berinovasi dalam teknologi. Mereka sedang mengembangkan mekanisme pengujian bias yang ketat untuk memastikan keadilan dan inklusivitas model AI.
Model Marengo perusahaan ini lebih dari sekadar analisis video tunggal, namun menyediakan kemampuan penelusuran "any-to-any" di seluruh video, gambar, dan audio. Teknologi penyematan multimodal ini membuka kemungkinan baru untuk aplikasi kompleks seperti deteksi anomali.
Baru-baru ini menerima pembiayaan sebesar US$30 juta, ditambah dengan dukungan investor seperti SK Telecom dan HubSpot Ventures, Twelve Labs berdiri di garis depan dalam pengembangan kecerdasan buatan. Bergabungnya Yin Jin, mantan arsitek Apple Siri, telah memberikan momentum baru ke dalam strategi globalisasi perusahaan.
Sasaran perusahaan ini ambisius: di masa depan, perusahaan ini akan ditempatkan di berbagai bidang vertikal seperti otomotif dan keamanan, dan bahkan mungkin terlibat dalam teknologi pertahanan. Investasi In-Q-Tel, khususnya, mengisyaratkan potensi penerapan teknologinya di bidang keamanan nasional.
Dua Belas Labs mendefinisikan ulang cara kita memahami dan berinteraksi dengan konten video. Di era ledakan informasi ini, teknologi AI seperti mereka yang berfokus pada tanggung jawab dan inovatif akan menjadi kekuatan utama dalam mendorong revolusi media digital.
Ketika video tidak lagi menjadi konten statis, namun dapat dipahami dan diinteraksikan sedalam teks, kita akan memasuki era informasi baru. Dan Laboratorium 12 berdiri di garis depan era ini.
Secara keseluruhan, Lab 12 memimpin inovasi teknologi kecerdasan buatan di bidang media digital dengan terobosan teknologinya di bidang pemahaman video dan penekanannya pada etika, dan perkembangannya di masa depan patut dinantikan.