Salah satu pendiri Anthropic, Jack Clark, baru-baru ini menunjukkan dalam buletinnya "Impor AI" bahwa perkembangan kecerdasan buatan tidak melambat, tetapi semakin cepat. Dia mengambil model o3 OpenAI sebagai contoh untuk menggambarkan bahwa kemajuan AI tidak lagi hanya mengandalkan perluasan ukuran model, namun beralih ke model baru yang menggabungkan pembelajaran penguatan dan daya komputasi yang lebih kuat untuk mencapai "berpikir sambil berlari". Hal ini menandai tahap baru dalam pengembangan AI, dan integrasi metode tradisional serta teknologi baru akan menjadi tren pengembangan di masa depan.
Baru-baru ini, berita besar lainnya yang menarik perhatian di bidang kecerdasan buatan datang dari Jack Clark, salah satu pendiri Anthropic. Dalam buletinnya, Import AI, ia membantah klaim sebelumnya bahwa kemajuan AI sedang melambat, dengan alasan bahwa perkembangannya sebenarnya semakin cepat. Clark menyebutkan bahwa model o3 yang baru-baru ini diluncurkan oleh OpenAI menunjukkan bahwa AI masih memiliki banyak ruang untuk berkembang, namun metode implementasinya berubah.
Berbeda dengan metode tradisional, model o3 tidak hanya mendorong kemajuan dengan meningkatkan ukuran model, namun menggunakan pembelajaran penguatan dan daya komputasi yang lebih kuat. Selama proses menjalankan model, o3 memiliki kemampuan untuk "berpikir sambil berlari", yang membuka kemungkinan baru untuk perluasan lebih lanjut. Clark memperkirakan bahwa tren penggabungan metode tradisional dengan teknologi baru akan meningkat pada tahun 2025, ketika lebih banyak perusahaan akan menggabungkan model dasar yang besar dengan metode komputasi baru untuk mendorong kemajuan AI.
Namun, Clark juga menunjukkan bahwa di balik pesatnya perkembangan terdapat tantangan yang tidak dapat diabaikan yaitu biaya komputasi. Ia mengatakan bahwa o3 versi lanjutan memerlukan daya komputasi 170 kali lipat dari versi dasar, sedangkan konsumsi sumber daya versi dasar telah melebihi o1, dan konsumsi energi o1 sendiri juga lebih tinggi dibandingkan GPT-4o. Kebutuhan sumber daya sistem baru ini bervariasi dari satu tugas ke tugas lainnya, sehingga membuat prediksi biaya menjadi semakin kompleks. Di masa lalu, overhead model terutama terkait dengan ukuran model dan panjang keluaran, namun fleksibilitas o3 membuat hal ini kurang dapat diprediksi.
Meskipun demikian, Clark sangat yakin bahwa melalui kombinasi metode penskalaan tradisional dan metode baru, pengembangan AI pada tahun 2025 akan lebih signifikan dibandingkan sebelumnya. Mengenai rencana masa depan Anthropic, prediksi Clark memicu banyak keributan. Anthropic belum merilis model "inferensi" atau "waktu pengujian" yang bersaing dengan o-series OpenAI atau Gemini Flash Thinking dari Google. Model andalan perusahaan Opus3.5 untuk sementara dihentikan karena peningkatan kinerja yang tidak memadai. Namun, penelitian dan pengembangan model ini tidak sepenuhnya gagal. Sebaliknya, model ini memainkan peran penting dalam pelatihan model Sonnet3.5 baru, yang telah menjadi model paling populer di pasar.
Menyorot:
Perkembangan AI tidak melambat, namun semakin cepat, terutama model yang menggabungkan metode komputasi tradisional dan baru.
Kemampuan "berpikir sambil berlari" pada model o3 membuka kemungkinan ekspansi baru dan memberikan kekuatan pada pengembangan AI di masa depan.
Meskipun terdapat kemajuan pesat, ketidakpastian biaya komputasi masih menjadi tantangan bagi pengembangan di masa depan.
Secara keseluruhan, analisis Clark menunjukkan kepada kita arah baru dalam pengembangan AI, yaitu, sambil mengejar kinerja yang lebih tinggi, kita perlu memperhatikan pengendalian biaya komputasi. Pengembangan AI di masa depan akan lebih memperhatikan keseimbangan antara efisiensi dan biaya, yang akan menjadi salah satu faktor kunci yang mendorong kemajuan teknologi AI. Meski tantangan masih ada, laju inovasi di bidang AI tidak akan berhenti.