Kecerdasan buatan (AI) generatif mengubah industri periklanan pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan potensinya dalam aspek kreatif dan operasional kini semakin diakui oleh semakin banyak merek. Mulai dari Coca-Cola yang membuat ulang iklan klasik hingga PetSmart yang menggunakan AI untuk membuat profil hewan, penerapan AI tidak lagi terbatas pada konsep, namun sebenarnya telah meningkatkan efisiensi dan menghadirkan kemungkinan kreatif baru. Artikel ini akan membahas status saat ini, tantangan, dan tren perkembangan AI di masa depan dalam periklanan dan pemasaran, serta menganalisis dampak luasnya terhadap industri periklanan.
Perpaduan kecerdasan buatan generatif (AI) dan ilmu pemasaran merevolusi industri periklanan. Meskipun masih ada keraguan, semakin banyak merek yang mulai menyadari potensi besar AI dalam aspek kreatif dan operasional. Merek terkenal seperti Coca-Cola telah memimpin dalam mengintegrasikan AI ke dalam kampanye periklanan.
Coca-Cola menggunakan AI untuk membuat ulang iklan ikoniknya "Liburan Akan Datang", yang menunjukkan sejauh mana kemajuan teknologi dalam waktu singkat. Badan amal PetSmart menggunakan AI untuk membuat profil hewan yang jelas untuk diadopsi. Coca-Cola juga mulai menggunakan AI untuk pembuatan gambar, penerjemahan, dan tugas-tugas lain yang sebelumnya dialihdayakan. Perusahaan periklanan juga banyak berinvestasi dalam teknologi AI.
Omnicom mengungkapkan rencana untuk menginvestasikan ratusan juta dolar dalam teknologi tersebut. Survei Forrester menemukan bahwa banyak eksekutif periklanan secara aktif menggunakan AI generatif dan menyadari kemampuannya untuk meningkatkan strategi periklanan dan menyesuaikan pesan secara efektif. Jonathan Woolf, chief revenue officer penyedia analisis AI Persado, merinci aplikasi praktis teknologi ini.
AI dapat memprediksi tingkat konversi interaksi untuk kelompok pelanggan yang berbeda dan menentukan waktu terbaik untuk mengirim pesan berdasarkan perilaku pengguna.
Optimalisasi waktu pengiriman pesan ini menghasilkan peningkatan rasio klik-tayang sebesar sembilan kali lipat untuk satu penyedia layanan keuangan. “AI pada ponsel memiliki kemampuan untuk memilih momen terbaik untuk berinteraksi,” kata Woolf. Meskipun penggunaan AI dalam pemasaran dan periklanan semakin meningkat, kekhawatiran masih tetap ada. Penelitian dari Federasi Pengiklan Dunia menunjukkan bahwa 80% perusahaan multinasional merasa tidak nyaman dengan cara agensi mereka menggunakan AI generatif.
Risiko hukum, etika, dan reputasi disebut-sebut sebagai kekhawatiran utama. JJ Schmuckler, chief growth officer Dentsu, mengakui bahwa teknologi AI menjadi sangat penting bagi klien di institusi besar. Namun dia mencatat bahwa merek belum meminta AI untuk membuat kampanye iklan, dan menyebutnya sebagai "sebuah langkah yang terlalu jauh untuk semua orang." Hal ini menyoroti pentingnya elemen manusia dalam bercerita.
Seiring dengan berkembangnya teknologi AI, teknologi ini menawarkan peluang luar biasa untuk meningkatkan aspek kreatif dan operasional periklanan. Hal ini menjadi alat penting bagi merek untuk memecahkan masalah nyata dengan biaya yang jauh lebih rendah. Kuncinya adalah pemasar harus fokus memanfaatkan AI untuk pengembangan yang kompleks dan strategis, bukan hanya tugas sederhana, untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang signifikan. Penerapan AI tidak boleh hanya berhenti pada peningkatan efisiensi, namun juga harus mengeluarkan potensinya pada tingkat strategis untuk memberikan nilai yang lebih besar bagi merek.
Secara keseluruhan, AI telah mengubah lanskap industri periklanan secara signifikan, menghadirkan peluang dan tantangan. Di masa depan, bagaimana menyeimbangkan penerapan teknologi AI dan nilai kreativitas manusia akan menjadi topik penting yang terus diperhatikan dan dieksplorasi oleh industri periklanan.