Dengan pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan, pendidikan pemrograman telah mendapat perhatian luas di seluruh dunia. Namun, para pemimpin teknologi memiliki pandangan berbeda mengenai arah pendidikan coding di masa depan. Di satu sisi, raksasa teknologi, lembaga pendidikan, dan orang tua secara aktif mendorong anak di bawah umur untuk mempelajari pemrograman, dan memandangnya sebagai cara penting untuk mengembangkan keterampilan mereka. Di sisi lain, beberapa orang dalam industri percaya bahwa kebangkitan AI generatif telah mengurangi utilitas marjinal pembelajaran pemrograman, lebih banyak perhatian harus diberikan untuk mengembangkan lebih banyak kemampuan inti seperti pemecahan masalah. Artikel ini akan mengeksplorasi kontradiksi ini dan menganalisis arah masa depan pendidikan pemrograman di era kecerdasan buatan.
Dengan promosi bersama antara raksasa teknologi, lembaga pendidikan, dan orang tua, pemrograman telah menjadi arah bagi anak di bawah umur untuk mengembangkan keterampilan mereka. CEO Nvidia Jensen Huang percaya bahwa AI generatif telah sangat mengurangi pentingnya pembelajaran pemrograman, dan manusia harus fokus pada keterampilan yang lebih penting. John Carmack mengatakan bahwa pemrograman hanyalah sebuah sarana, dan keterampilan intinya adalah pemecahan masalah. Kecerdasan buatan menjadikan semua orang di dunia menjadi programmer.
Singkatnya, meskipun keterampilan pemrograman masih penting di era kecerdasan buatan, namun kepentingannya telah menurun. Yang lebih penting adalah menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis untuk beradaptasi dengan tantangan era kecerdasan buatan di masa depan. Pendidikan masa depan perlu fokus pada pengembangan kemampuan komprehensif siswa, bukan hanya membatasi diri pada pembelajaran keterampilan pemrograman.