Survei Reuters Institute mengungkap tantangan yang dihadapi penerapan teknologi kecerdasan buatan dalam jurnalisme. Sebuah survei menunjukkan bahwa hampir separuh situs berita populer di dunia telah memblokir crawler OpenAI, dan penerbit besar juga telah mengambil tindakan aktif untuk mencegah AI menggunakan konten berhak cipta secara tidak sah. Fenomena ini mencerminkan sikap hati-hati organisasi media berita terhadap penerapan teknologi kecerdasan buatan dan pentingnya perlindungan hak kekayaan intelektual. Berbagai jenis media memiliki perbedaan yang signifikan dalam sikap mereka terhadap crawler AI, dan organisasi berita di belahan bumi utara cenderung memblokir akses crawler.
Menurut survei yang dilakukan oleh Reuters Institute, 48% situs berita populer di dunia telah memblokir crawler OpenAI, dan beberapa penerbit besar telah mengambil tindakan untuk mencegah penggunaan kecerdasan buatan pada materi berhak cipta. Studi ini juga menemukan bahwa terdapat perbedaan besar dalam sikap berbagai jenis media terhadap crawler kecerdasan buatan, dan media berita di belahan bumi utara lebih cenderung memblokir crawler. Tren ini menunjukkan bahwa penerapan kecerdasan buatan di bidang jurnalisme menghadapi banyak tantangan dan kontroversi, dan penelitian yang relevan juga menunjukkan bahwa pengembangan model kecerdasan buatan memerlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan terstandarisasi.Hasil survei ini menyoroti kontradiksi antara perkembangan teknologi kecerdasan buatan dan perlindungan hak cipta di industri media. Hal ini juga menunjukkan bahwa penerapan kecerdasan buatan di bidang berita di masa depan akan memerlukan undang-undang, peraturan, dan norma etika yang lebih lengkap sebagai pedomannya dan melakukan standarisasi untuk mencapai kesehatan dan keberlanjutan.