Baru-baru ini, aplikasi AI bernama "Coax Simulator" menjadi populer. Aplikasi ini menarik 700.000 pengguna untuk merasakannya secara online dalam waktu 24 jam, memicu diskusi hangat di kalangan generasi pasca-00-an dan pasca-10-an. Gameplay inti dari aplikasi ini adalah untuk mensimulasikan adegan pertengkaran pasangan. Pengguna perlu membujuk pacar virtual mereka melalui tanggapan teks untuk mendapatkan "nilai pengampunan" yang lebih tinggi. Popularitasnya terbukti, karena 1 miliar token dikonsumsi dalam satu hari, yang juga membawa tekanan biaya yang besar bagi pengembang. Hal ini mencerminkan popularitas penerapan AI di kalangan anak muda dan potensi tantangan bisnisnya.
"Coaxing Simulator" adalah aplikasi AI populer yang menarik 700.000 pengguna untuk membujuk pacar dunia maya mereka secara online dalam waktu 24 jam. Dalam game ini, pengguna perlu merespons adegan pasangan yang bertengkar dan mencoba membujuk pacar/pacar virtualnya agar memaafkan mereka. Pacar AI dalam game ini sangat banyak akal, dan jika Anda membujuknya dengan baik, Anda bisa mendapatkan nilai pengampunan yang lebih tinggi. Aplikasi ini memicu diskusi hangat di antara generasi pasca-00 dan pasca-10-an. 1 miliar token dikonsumsi dalam satu hari, dan pengembang menghadapi tekanan biaya yang sangat besar.Popularitas “Coax Simulator” tidak hanya menunjukkan potensi penerapan teknologi AI di bidang hiburan, tetapi juga menyoroti masalah pengoperasian aplikasi AI yang berbiaya tinggi. Pengembang perlu menemukan model bisnis yang lebih efektif untuk mengatasi tantangan masa depan, sekaligus fokus pada optimalisasi pengalaman pengguna secara berkelanjutan untuk mempertahankan posisi terdepan di pasar yang sangat kompetitif. Keberhasilan aplikasi ini juga layak dijadikan acuan oleh pengembang AI lainnya untuk mengeksplorasi skenario aplikasi yang lebih kreatif.