Duolingo, platform pembelajaran bahasa terbesar di dunia, baru-baru ini menarik perhatian luas karena penerapan GPT-4 untuk menggantikan penerjemah manusia, yang mengakibatkan hilangnya ribuan penerjemah. Meskipun langkah ini bertujuan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi, langkah ini juga menyoroti dampak pesatnya perkembangan kecerdasan buatan di pasar kerja. Meskipun AI memiliki keunggulan dalam hal kecepatan dan biaya, apakah kualitas terjemahannya dapat mencapai tingkat manusia masih menjadi kontroversi, sehingga memicu diskusi mengenai kemajuan teknologi dan tanggung jawab sosial.
Duolingo, platform pembelajaran bahasa terbesar di dunia, baru-baru ini menggantikan pekerja penerjemahan dengan GPT-4, menyebabkan ribuan orang menganggur. Pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan untuk melakukan PHK adalah untuk mengurangi biaya. Alat AI mungkin tidak sebaik tenaga kerja manual dalam hal kualitas, namun alat ini memiliki keunggulan yang jelas dalam hal kecepatan dan biaya. Duolingo bermitra dengan OpenAI, tetapi PHK memicu kontroversi. Gelombang AI global telah menimbulkan kekhawatiran terhadap pasar kerja. Goldman Sachs melaporkan bahwa AI dapat menggantikan 300 juta pekerjaan penuh waktu, dengan dampak yang berbeda-beda pada berbagai industri.
PHK yang dilakukan Duolingo hanyalah mikrokosmos dari dampak gelombang kecerdasan buatan terhadap pasar kerja. Bagaimana menyeimbangkan kemajuan teknologi dan keadilan sosial di masa depan, dan bagaimana membantu pekerja yang terkena dampak bertransformasi, akan menjadi isu penting yang harus kita hadapi. Pesatnya perkembangan teknologi AI tidak hanya memberikan kemudahan bagi kita, namun juga membawa tantangan yang mengharuskan kita berpikir matang dan menghadapinya.