Perusahaan kecerdasan buatan Inggris Robin AI baru-baru ini mengumumkan penyelesaian pembiayaan Seri B sebesar US$260 juta, dengan total jumlah pembiayaan hampir US$430 juta. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Temasek Holdings asal Singapura, yang sepenuhnya menunjukkan kepercayaan investor terhadap Robin AI dan solusi kontrak hukum AI-nya. Produk inti Robin AI, Robin Copilot, adalah plug-in Microsoft Word berdasarkan model bahasa skala besar Claude2.1 Anthropic, yang secara signifikan dapat meningkatkan efisiensi peninjauan kontrak dan mengurangi biaya. Fungsinya yang kuat dan potensi pasarnya telah menarik investasi skala besar, yang menunjukkan prospek luas penerapan kecerdasan buatan di bidang hukum.
Perusahaan Inggris Robin AI baru-baru ini mengumumkan keberhasilan penyelesaian putaran pembiayaan Seri B senilai $260 juta, sehingga total pendanaannya mencapai hampir $430 juta. Perusahaan berkomitmen untuk mengembangkan solusi kontrak hukum berbasis kecerdasan buatan, dan melalui teknologi uniknya, perusahaan berhasil menarik putaran pembiayaan yang dipimpin oleh Temasek Holdings Limited asal Singapura. Produk inti Robin AI adalah asisten AI yang disebut Robin Copilot, yang didasarkan pada teknologi model bahasa skala besar Anthropic Claude2.1. Teknologi ini memungkinkan Robin Copilot untuk melatih lebih dari 2 juta kontrak dari masa lalu dan menggunakan algoritma khusus untuk memahami konten kontrak. Menariknya, Robin Copilot adalah plug-in Microsoft Word yang dapat digunakan untuk membuat kontrak, meninjau kontrak yang ada, dan mengusulkan modifikasi. Dikatakan bahwa teknologi ini dapat mengurangi waktu peninjauan kontrak sebesar 80% dan mengurangi biaya kontrak sebesar 75%. Pembiayaan baru ini terutama akan digunakan untuk memperluas bisnis Robin AI di Amerika Serikat dan Asia Pasifik. Hal ini menandai strategi globalisasi perusahaan untuk memajukan solusi kontrak hukum AI secara global. Temasek Holdings Limited, sebagai investor utama dalam putaran pendanaan baru ini, menunjukkan keyakinan investor yang kuat terhadap teknologi dan prospek bisnis Robin AI. Keberhasilan pendanaan Robin AI juga mencerminkan meningkatnya minat terhadap penerapan kecerdasan buatan di bidang hukum. Seiring dengan terus berkembangnya teknologi, perusahaan berharap dapat mengubah cara kerja industri hukum dengan menyediakan alat penyusunan dan peninjauan kontrak yang lebih efisien dan akurat kepada para profesional hukum melalui solusi uniknya.Keberhasilan pembiayaan Robin AI menandai pesatnya perkembangan teknologi AI di industri hukum. Inovasi serupa akan lebih banyak muncul di masa depan untuk mendorong industri hukum beroperasi lebih efisien. Strategi globalisasi Robin AI juga patut mendapat perhatian, dan perkembangannya di masa depan patut dinantikan.