Sebuah survei baru-baru ini mengungkapkan sikap beragam di kalangan karyawan terhadap teknologi kecerdasan buatan. Meskipun banyak karyawan mempunyai sikap positif terhadap penerapan AI, mereka juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai dampak AI terhadap pekerjaan jangka panjang mereka, terutama di kalangan karyawan berpenghasilan rendah dan kelompok minoritas. Hasil survei menunjukkan bahwa semakin sering AI digunakan, semakin tinggi pula tingkat kekhawatirannya. Hal ini menyoroti perlunya perusahaan untuk memperhatikan kecemasan karyawan dan secara aktif membimbing mereka selama penerapan AI.
Meskipun karyawan bersikap positif terhadap penggunaan kecerdasan buatan, mereka khawatir akan dampak jangka panjangnya terhadap pekerjaan mereka, menurut sebuah survei baru. Kekhawatiran terhadap kecerdasan buatan sangat menonjol di kalangan karyawan dengan pendapatan tahunan rendah dan karyawan kulit berwarna. Survei tersebut juga menemukan bahwa semakin banyak karyawan menggunakan kecerdasan buatan, semakin besar kekhawatiran mereka terhadap dampaknya. Namun, para ahli mengatakan kecerdasan buatan kemungkinan akan membentuk kembali pekerjaan dibandingkan menghilangkannya sepenuhnya, dan para pemimpin perusahaan harus mengubah perubahan sebagai kemajuan untuk menghilangkan kekhawatiran karyawan.Secara keseluruhan, penerapan kecerdasan buatan membawa peluang dan tantangan bagi karyawan. Perusahaan perlu secara aktif menanggapi kekhawatiran karyawan dan membantu karyawan beradaptasi terhadap perubahan yang disebabkan oleh AI melalui komunikasi dan pelatihan yang efektif, yang pada akhirnya mewujudkan hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dan AI serta mendorong perkembangan bersama antara perusahaan dan karyawan. Komunikasi yang efektif dan bimbingan positif sangatlah penting.