Kecerdasan buatan mengubah model pendidikan, dan pembelajaran yang dipersonalisasi telah menjadi tren baru. Beamont Independent School District (BISD) di Texas berhasil menerapkan kecerdasan buatan dalam pengajaran membaca dan mencapai hasil yang luar biasa. Sistem kecerdasan buatan Amira yang mereka perkenalkan memberikan kemudahan dan dukungan yang belum pernah ada sebelumnya kepada guru dan siswa, secara efektif meningkatkan kemampuan membaca dan kepercayaan diri belajar siswa.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan, sebuah distrik sekolah di Texas Tenggara dengan cerdik menerapkannya dalam pendidikan membaca. Beamont Independent School District (BISD) baru-baru ini memperkenalkan sistem kecerdasan buatan yang disebut Amira untuk membantu guru membaca memberikan dukungan pengajaran yang dipersonalisasi kepada siswa.
Ingrid Reado, guru membaca kelas tiga di Sekolah Dasar Fletcher, mengatakan Amira telah meningkatkan kefasihan membaca siswanya secara signifikan, terutama mereka yang mengalami kesulitan. Amira menyesuaikan dengan level masing-masing siswa, membantu mereka melatih bunyi vokal dan pengajaran yang berbeda. Bimbingan yang dipersonalisasi seperti itu tidak hanya memungkinkan siswa menguasai keterampilan membaca dengan lebih baik, namun juga meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Tentu saja, awal perkenalan Amira bukannya tanpa tantangan. Patrice Morris, guru kelas tiga Sekolah Dasar Blanchette, mengenang bahwa di kelas awal, suara setiap stasiun pengajaran saling terkait dan terkesan cukup berisik. Namun, dengan penggunaan headphone, masalah ini dapat diatasi secara efektif dan Amira dapat menjalankan perannya sebagai konselor tambahan dengan lebih baik.
Keuntungan besar lainnya dari Amira adalah kemampuannya untuk memberikan umpan balik secara real-time terhadap kinerja membaca siswa. “Jika ada siswa yang salah membaca, Amira akan segera memperbaikinya dan menghentikan pemutarannya,” kata Morris. Guru umumnya percaya bahwa mekanisme umpan balik ini tidak hanya membantu kemajuan siswa, namun juga memungkinkan guru berkomunikasi dengan siswa secara tepat waktu dan memahami status pembelajaran mereka.
Meskipun Amira memainkan peran penting di kelas, para guru tetap memegang kendali atas pengajaran mereka dan memandang AI sebagai alat bantu untuk memastikan keberhasilan siswa. Baik melalui instruksi yang dipersonalisasi atau umpan balik secara real-time, Amira memainkan peran penting dalam membantu siswa mengatasi tantangan membaca.
Dalam lingkungan pendidikan yang penuh tantangan ini, pengenalan teknologi memberikan peluang baru bagi siswa dan guru untuk bekerja sama menuju tingkat membaca yang lebih tinggi.
Keberhasilan kasus Amira menunjukkan bahwa teknologi kecerdasan buatan memiliki potensi penerapan yang sangat besar di bidang pendidikan. Di masa depan, akan ada lebih banyak teknologi inovatif serupa untuk memberikan vitalitas baru ke dalam pengembangan pendidikan, membantu siswa belajar lebih baik dan guru mengajar lebih baik.