Dalam bidang promosi pencegahan kanker, keterbatasan metode tradisional semakin ditonjolkan. Bagaimana menjangkau kelompok sasaran, terutama kaum muda, secara lebih efektif telah menjadi sebuah tantangan penting. Artikel ini menjelaskan studi yang menggunakan AI untuk menghasilkan influencer media sosial untuk penyebaran informasi pencegahan kanker, mengeksplorasi potensi dan tantangan dari pendekatan yang muncul ini.
Di era digital saat ini, penerapan kecerdasan buatan telah meluas ke berbagai bidang, dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa influencer media sosial yang dihasilkan oleh AI dapat secara efektif menyebarkan informasi pencegahan kanker dengan biaya rendah, sehingga menjadi pilihan baru untuk komunikasi kesehatan masyarakat.
Kanker masih menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Meskipun ada kemajuan dalam pengobatan, pencegahan tetap merupakan cara paling efektif untuk mengurangi beban kanker. Menurut statistik, lebih dari dua pertiga kematian dini akibat kanker pada tahun 2020 dapat dicegah. Namun sebagian besar sumber daya digital yang ada belum diketahui oleh kelompok sasaran, terutama generasi muda yang lebih menyukai metode komunikasi digital. Data menunjukkan bahwa 37% hingga 50% kematian akibat kanker disebabkan oleh faktor risiko yang dapat diubah, seperti kelebihan berat badan, merokok, dan minuman keras, sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko ini sangatlah penting.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Midjourney, alat AI generatif, untuk membuat influencer virtual bernama “Wanda”. Dia adalah seorang wanita muda berkulit cerah yang ingin menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi tentang lima faktor risiko umum kanker, termasuk alkohol, HPV, pola makan tidak sehat, tembakau, dan paparan sinar matahari. Tim peneliti memposting lima pesan berturut-turut di akun Instagram Wenda, menggabungkan dua gambar yang dihasilkan AI dan sebuah pesan pencegahan. Biaya promosi setiap pesan adalah 20 euro.
Penelitian menemukan bahwa kampanye tersebut menerima hampir 10.000 tayangan hanya dalam 10 hari. Melalui strategi periklanan yang berbeda, peneliti mengamati keterlibatan pengguna dari kelompok umur yang berbeda. Iklan bertarget sangat bagus dalam menjangkau pengguna yang lebih muda, sementara iklan otomatis memiliki jangkauan yang lebih baik terhadap pengguna yang lebih tua. Diantaranya, konten tentang HPV menarik keterlibatan pengguna paling banyak, sedangkan postingan tentang paparan sinar matahari memiliki postingan yang relatif sedikit.
Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa influencer yang dihasilkan oleh AI memiliki potensi komunikasi yang luas, mereka juga menghadapi tantangan dalam hal kepercayaan dan keaslian. Penelitian di masa depan perlu mengeksplorasi cara meningkatkan interaksi antara pengguna dan pemberi pengaruh AI untuk meningkatkan keterlibatan.
Penelitian ini memberikan ide-ide baru untuk komunikasi kesehatan masyarakat, dan influencer virtual AI meningkatkan efisiensi komunikasi sekaligus mengurangi biaya. Namun, cara meningkatkan kepercayaan pengguna dan menyelesaikan masalah keaslian informasi masih menjadi arah yang perlu menjadi fokus ke depan. Penerapan teknologi AI di bidang kesehatan masyarakat patut mendapat perhatian dan eksplorasi terus menerus.