Dihadapkan dengan teknologi AI yang semakin canggih, bagaimana membedakan orang sungguhan secara efektif dari robot AI telah menjadi masalah mendesak untuk diselesaikan. Keterbatasan kode verifikasi tradisional (CAPTCHA) menjadi semakin jelas, dan untuk alasan ini, para peneliti telah mengusulkan sistem verifikasi baru yang disebut "kredensial identitas manusia" (PHC). Sistem ini diusulkan oleh tim ilmuwan dari Ivy League dan perusahaan teknologi terkenal untuk menggunakan teknologi enkripsi untuk memverifikasi identitas pengguna, melindungi privasi pengguna, dan mengganti CAPTCHA yang ada dan teknologi biometrik. Namun, sistem ini juga menghadapi tantangan dan risiko potensial, seperti penyalahgunaan kredensial dan konsentrasi kekuasaan, yang membutuhkan pertimbangan yang cermat dan penelitian lebih lanjut.
Baru -baru ini, dengan perkembangan cepat teknologi kecerdasan buatan, para peneliti telah mengusulkan ide yang menarik: untuk mengkonfirmasi lebih baik bahwa pengguna online adalah orang yang nyata daripada robot AI, "kredensial kepribadian" harus digunakan. Tim peneliti termasuk para ilmuwan dari Ivy League dan Openai, Microsoft dan perusahaan lain, yang mengusulkan konsep tersebut dalam makalah peer-review.
Mereka takut bahwa karena AI menjadi lebih populer, aktor jahat akan menggunakan kemampuan AI yang kuat untuk menanamkan sejumlah besar konten non-manusia ke dalam jaringan. AI sekarang dapat menghasilkan konten "seperti manusia" dan bahkan menyamarkan dirinya sebagai manusia sejati untuk kegiatan online, yang membuat metode verifikasi tradisional seperti captcha tampak semakin tidak efektif. Oleh karena itu, gagasan sistem PHC telah mulai mendapatkan popularitas. Para peneliti membayangkan bahwa pemerintah atau layanan digital lainnya dapat mengeluarkan kredensial identitas yang unik untuk setiap pengguna, dan pengguna dapat memverifikasi bahwa mereka adalah orang sungguhan melalui teknologi enkripsi yang disebut "Bukti Pengetahuan Nol" tanpa mengungkapkan informasi spesifik.
Kredensial disimpan secara digital oleh pengguna pada perangkat pribadinya, sehingga melindungi anonimitas online pengguna sampai batas tertentu. Sistem ini tidak hanya dapat menggantikan CAPTCHA dan teknologi biometrik yang ada, tetapi bahkan dapat meningkatkan efektivitas verifikasi manusia. Namun, para peneliti juga menyadari bahwa sistem PHC bukannya tanpa kekurangannya. Misalnya, banyak orang dapat menjual PHC mereka ke spammer AI, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada proliferasi konten spam online. Pada saat yang sama, sentralisasi lembaga penerbit sertifikat juga mengkhawatirkan, yang dapat menyebabkan kekuatan yang sangat kuat terkonsentrasi di tangan beberapa perusahaan.
Selain itu, untuk beberapa pengguna yang tidak terlalu mahir di internet, seperti orang tua, sistem kredensial dapat menyebabkan hambatan yang digunakan. Oleh karena itu, para peneliti menyarankan agar pemerintah harus mempertimbangkan untuk menguji kelayakan PHC melalui proyek percontohan. Tetapi masalahnya adalah bahwa sistem PHC pasti akan menempatkan beban digital baru pada pengguna, dan akar penyebab masalah ini adalah perusahaan teknologi. Para peneliti menunjukkan bahwa perusahaan teknologi harus memikul tanggung jawab memecahkan masalah, seperti watermarking konten yang dihasilkan oleh AI, atau mengembangkan teknologi yang dapat mengidentifikasi konten yang dihasilkan oleh AI. Meskipun langkah -langkah seperti itu tidak sangat mudah, mereka setidaknya mengembalikan tanggung jawab kepada sumber teknologi.
Poin -Poin Kunci:
Para peneliti mengusulkan sistem "kredensial identitas manusia", yang dirancang untuk menggantikan verifikasi CAPTCHA tradisional untuk mengkonfirmasi bahwa pengguna online adalah orang sungguhan.
Sistem PHC menggunakan teknologi enkripsi untuk melindungi privasi pengguna, tetapi dapat menyebabkan penyalahgunaan kredensial dan sentralisasi kekuasaan.
Perusahaan teknologi perlu bertanggung jawab atas masalah yang disebabkan oleh AI dan mempertimbangkan pemotongan air dan mengidentifikasi konten yang dihasilkan oleh AI.
Singkatnya, proposal sistem PHC memberikan ide baru untuk menyelesaikan masalah verifikasi identitas online, tetapi kelayakan dan keamanannya masih membutuhkan pertimbangan dan peningkatan lebih lanjut. Perusahaan teknologi perlu secara aktif memikul tanggung jawab dan bersama -sama mengeksplorasi solusi yang lebih aman dan lebih nyaman untuk memenuhi tantangan yang dibawa oleh teknologi kecerdasan buatan. Di masa depan, prospek aplikasi sistem PHC layak dinantikan, tetapi pada saat yang sama, perlu dipromosikan dengan cermat untuk menghindari risiko potensial.