Sebuah studi baru dari Ohio State University menunjukkan bahwa ChatGPT berkinerja baik dalam respons psikoterapi, dan skor responsnya sering menghasilkan terapis yang lebih tinggi daripada profesional. Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Mental Health, menguji lebih dari 800 peserta menggunakan skenario simulasi terapi pasangan, dan hasilnya menunjukkan bahwa peserta mengalami kesulitan membedakan chatgpt dari tanggapan terapis manusia. Penelitian mengungkapkan karakteristik chatgpt yang merespons lebih lama dan menggunakan lebih banyak kata benda dan kata sifat, yang mungkin terkait dengan skor yang lebih tinggi, memicu pemikiran luas tentang penerapan kecerdasan buatan di bidang psikoterapi.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan 12 Februari 2025 dalam jurnal PLOS Mental Health, H. Dorian Hatch dari Ohio State University dan timnya menemukan bahwa respons psikoterapi yang dihasilkan oleh ChatGPT biasanya dinilai lebih tinggi. Studi ini telah menarik perhatian luas pada apakah mesin dapat berfungsi sebagai psikoterapis, terutama dalam konteks keunggulan yang semakin jelas dari kecerdasan buatan generatif.
Selama penelitian, tim peneliti menguji lebih dari 800 peserta dan menunjukkan simulasi skenario dari 18 perawatan pasangan. Hasil menunjukkan bahwa meskipun peserta dapat melihat perbedaan dalam pola bahasa, hampir tidak mungkin untuk mengatakan apakah respons itu ditulis oleh ChatGPT atau seorang psikoterapis. Ini menggemakan prediksi Alan Turing, bahwa manusia mengalami kesulitan membedakan tanggapan yang ditulis oleh mesin dan manusia. Yang lebih mengejutkan, respons ChatGPT umumnya menerima peringkat yang lebih tinggi dalam prinsip -prinsip inti psikoterapi.
Analisis mendalam mengungkapkan bahwa chatgpt sering menghasilkan tanggapan lebih lama dari respons terapis. Respons ChatGPT masih menggunakan lebih banyak kata benda dan kata sifat saat mengendalikan panjang respons. Kata benda sering digunakan untuk menggambarkan orang, tempat, dan hal -hal, sementara kata sifat memberikan lebih banyak konteks, yang mungkin berarti bahwa chatgpt memberikan lebih banyak konteks kepada pasien. Konteks yang lebih luas ini memungkinkan peserta untuk memberikan chatgpt respons yang lebih tinggi dalam peringkat mereka tentang faktor -faktor umum dalam psikoterapi.
Para peneliti percaya bahwa hasil ini dapat menunjukkan potensi chatgpt dalam meningkatkan proses psikoterapi. Penelitian di masa depan dapat mengarah pada pengembangan intervensi psikoterapi yang berbeda. Mengingat peningkatan potensial kecerdasan buatan generatif di lingkungan terapeutik, penulis menyerukan para ahli kesehatan mental untuk meningkatkan melek teknis untuk memastikan bahwa model AI dilatih dan diawasi oleh para profesional yang bertanggung jawab, sehingga meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan mental.
"Sejak Eliza diluncurkan hampir 60 tahun yang lalu, para peneliti telah membahas apakah AI dapat bertindak sebagai psikoterapis. Meskipun masih ada banyak pertanyaan penting yang harus diselesaikan, temuan kami menunjukkan bahwa jawabannya mungkin 'ya'. Semoga studi ini akan terjadi mendorong praktisi publik dan psikologis untuk memikirkan etika, kelayakan, dan kepraktisan integrasi AI dengan perawatan kesehatan mental. ”
Poin -Poin Kunci:
Respons psikoterapi ChatGPT biasanya menerima peringkat yang lebih tinggi, melebihi psikoterapis profesional.
Peserta hampir tidak dapat membedakan antara mesin dan respons terapi manusia.
Penelitian menunjukkan bahwa AI dapat memainkan peran aktif dalam psikoterapi dan perlu memperkuat literasi teknis para ahli kesehatan mental.
Studi ini memberikan perspektif baru untuk penerapan kecerdasan buatan di bidang kesehatan mental, dan juga menimbulkan isu-isu penting seperti etika, pengawasan dan literasi teknis. diterapkan dengan aman dan efektif dalam perawatan psikologis, memberi manfaat lebih banyak pasien.