"The Classic of Mountains and Seas", sebuah karya klasik kuno yang penuh imajinasi, kini menampilkan pesona baru dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan. Editor Downcodes akan membawa Anda memahami bagaimana AI memberikan vitalitas baru pada buku kuno ini dan inovasi yang dibawanya dalam bidang pembuatan konten.
Di gudang kekayaan budaya Tiongkok, "Klasik Pegunungan dan Lautan" tidak diragukan lagi merupakan mutiara yang cemerlang. Geografi kuno yang penuh fantasi ini telah menarik perhatian banyak pencipta sejak lama. Kini, dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan, karya klasik kuno ini mendapat kehidupan baru.
Baru-baru ini, blogger Douyin AI Madhouse memicu diskusi hangat di platform video pendek dengan video "The Classic of Mountains and Seas" yang direproduksi oleh AI. Karya bertajuk "Nanshan Yi Jing·Part 1" ini secara akurat merekonstruksi pegunungan, sungai, bentang alam, dan hewan langka yang dijelaskan dalam karya aslinya. Dari Gunung Qishan yang kaya akan sumber daya, hingga Zhuyu yang membuat orang lupa akan kelaparan, hingga pohon 桪 yang buahnya terasa seperti kesemek, hingga kera putih yang hidup di Gunung Tangting, setiap detail disajikan dengan cerdik.
Hebatnya lagi, video cantik ini selesai hanya dalam waktu 8 hari dari konsepsi hingga produksi. Blogger secara mandiri menyelesaikan semua pekerjaan termasuk pembuatan skrip, gambar dan video yang dihasilkan AI, dan pasca-editing. Untuk memastikan keakuratan warisan budaya, blogger mengadopsi metode kreatif yang menggabungkan dokumenter dan sains populer. Desain adegan dalam video tersebut menggabungkan bentang alam dengan ciri khas Tiongkok, seperti Danxia, Yadan, dan fjord, sedangkan plot mitologis mengacu pada hasil penelitian ahli mitologi terkenal Yuan Ke, yang berupaya mengembalikan realitas dunia kuno.
Upaya inovatif ini mendapat pujian luas dari para penonton. Bahkan beberapa warganet menyebut kualitas videonya melampaui tingkat produksi CCTV. Di saat yang sama, beberapa orang juga mengusulkan ide untuk mengadaptasi "The Classic of Mountains and Seas" menjadi game level 3A, yang menunjukkan potensi besar dari IP ini.
Perlu dicatat bahwa adaptasi AI dari "The Classic of Mountains and Seas" bukanlah kasus yang terisolasi. Belakangan ini banyak pembuat konten yang mulai mencoba memanfaatkan teknologi AI untuk memproduksi drama pendek dengan berbagai tema. Misalnya, drama pendek fiksi ilmiah "Awakening" yang diluncurkan oleh blogger Douyin Wukong AI, dan klip video "The Strange Fairy" yang diproduksi oleh Wolf, artis utama AI di Bilibili UP, keduanya menunjukkan potensi kuat AI dalam bidang produksi video.
Metode kreatif yang muncul ini tidak hanya mengurangi biaya produksi dan memperpendek siklus produksi, namun juga memberikan lebih banyak kemungkinan dalam pembuatan konten. Dibandingkan dengan drama pendek tradisional, yang seringkali membutuhkan biaya produksi ratusan ribu atau bahkan jutaan, drama pendek AI sangat meningkatkan efisiensi sekaligus memastikan kualitas gambar.
Teknologi AI menghadirkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam pembuatan konten, dan juga menyediakan cara-cara baru untuk pewarisan dan pengembangan budaya tradisional. Editor Downcodes percaya bahwa karya AI yang lebih menarik akan dihadirkan kepada kita di masa depan.