Model AI Google DeepMind mencapai hasil yang mengesankan di Olimpiade Matematika Internasional. Model kecerdasan buatan matematisnya AlphaProof dan AlphaGeometry2 bersama-sama memecahkan empat masalah sulit dan mencapai tingkat yang sebanding dengan manusia peraih medali perak. Hal ini menandai terobosan besar kecerdasan buatan dalam bidang penalaran matematika tingkat lanjut, dan juga membawa kemungkinan baru bagi penerapan AI dalam penelitian dan pendidikan matematika. Terobosan ini tidak hanya tercermin pada fakta bahwa AI dapat menjawab permasalahan matematika yang kompleks, namun yang lebih penting, AI dapat memberikan proses pembuktian yang teliti, yang mencerminkan peningkatan signifikan AI dalam penalaran logis dan kemampuan pemecahan masalah.
Model kecerdasan buatan matematis Google DeepMind membuat kemajuan terobosan dalam kompetisi International Mathematical Olympiad (IMO) tahun ini. Menurut berita resmi, model penalaran matematis formal AlphaProof dan model solusi geometris yang ditingkatkan AlphaGeometry2 bersama-sama memecahkan empat dari enam masalah sulit di IMO ini, mencapai tingkat yang setara dengan manusia peraih medali perak untuk pertama kalinya.
Dalam pertarungan manusia-mesin ini, AlphaProof menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Ia tidak hanya berhasil menyelesaikan dua soal aljabar dan satu soal teori bilangan, namun juga mampu memberikan bukti yang kuat untuk jawabannya. Perlu disebutkan bahwa AlphaProof juga menaklukkan salah satu pertanyaan paling menantang dalam kompetisi ini. Hanya lima pemain manusia yang berhasil menjawab pertanyaan ini di kompetisi sebenarnya. Pada saat yang sama, AlphaGeometry2 juga berkinerja baik dalam membuktikan masalah geometri.
Kinerja gabungan dari kedua sistem AI sangat mengesankan, dan mereka akhirnya mencapai skor tinggi yaitu 28 poin, skor sempurna untuk setiap masalah yang diselesaikan, yang setara dengan skor tertinggi yang diraih oleh tim medali perak manusia. Namun permasalahan kombinasi kedua hal tersebut masih belum dapat diatasi oleh sistem AI, yang juga menunjukkan bahwa di beberapa bidang matematika, kecerdasan buatan masih memiliki ruang untuk perbaikan.
Pencapaian ini tidak hanya menunjukkan potensi besar kecerdasan buatan dalam kemampuan penalaran matematis tingkat lanjut, namun juga membuka kemungkinan baru penerapan AI dalam penelitian dan pendidikan matematika. Meskipun demikian, permasalahan yang belum terpecahkan juga mengingatkan kita bahwa dalam dunia matematika yang kompleks, wawasan dan pemikiran kreatif para ahli masih sangat diperlukan.
Meskipun AI telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam bidang matematika, upaya berkelanjutan masih diperlukan untuk mencapai terobosan dalam permasalahan matematika yang lebih kompleks. Intuisi dan kreativitas manusia masih menjadi faktor kunci dalam memecahkan masalah sulit, dan kolaborasi manusia-mesin akan menjadi arah penting dalam penelitian matematika di masa depan.