Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan untuk mendapatkan kontrak pertahanan A.S. menjadi semakin ketat, dan raksasa industri militer tradisional menghadapi tantangan baru. Artikel ini melaporkan Palantir, Anduril, dan perusahaan teknologi lainnya bergabung dengan SpaceX dan OpenAI untuk mencoba mematahkan monopoli jangka panjang perusahaan seperti Lockheed Martin, Raytheon, dan Boeing dan berpartisipasi dalam penawaran kontrak Departemen Pertahanan AS. Langkah tersebut memicu diskusi luas tentang keterlibatan perusahaan teknologi di sektor pertahanan, etika, dan pengaruh Peter Thiel.
Menurut Financial Times, perusahaan teknologi pertahanan terkenal Palantir dan Anduril, yang didirikan oleh Palmer Luckey, sedang bernegosiasi dengan perusahaan teknologi seperti SpaceX dan OpenAI, berencana membentuk aliansi untuk mengajukan penawaran kontrak pertahanan pemerintah AS.
Tujuan dari aliansi ini adalah untuk mematahkan monopoli kontraktor “utama” tradisional di bidang pertahanan, terutama terhadap perusahaan seperti Lockheed Martin, Raytheon dan Boeing. Menurut laporan tahun fiskal 2023 Departemen Pertahanan AS, Lockheed Martin menerima kontrak senilai $61,4 miliar, Raytheon (sekarang dikenal sebagai RTX) menerima $24,1 miliar, dan Boeing menerima $20,1 miliar. Pada tahun 2021, 71% pendapatan Lockheed Martin berasal dari kontrak pemerintah AS, sementara hampir 50% penjualan tahunan Raytheon dan Boeing juga berasal dari pemerintah.
Catatan sumber gambar: Gambar dihasilkan oleh AI, dan penyedia layanan otorisasi gambar Midjourney
Namun, masih belum jelas apakah aliansi perusahaan teknologi ini dapat memperbaiki situasi saat ini. Palantir telah menjadi pemasok sistem AI pilihan bagi Departemen Pertahanan AS. Palantir baru-baru ini menerima kontrak senilai $100 juta untuk mengembangkan alat identifikasi target AI militer dan menerima $480 juta untuk memperluas alat analisis data dan pengambilan keputusan Departemen Pertahanan. Teknologi Palantir telah terlibat dalam beberapa proyek kontroversial, termasuk upaya Imigrasi dan Bea Cukai selama pemerintahan Trump yang menyebabkan terpisahnya banyak keluarga. Teknologi perusahaan juga memainkan peran penting dalam serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 45.000 orang.
Disebut sebagai “startup teknologi paling kontroversial” oleh Bloomberg, Anduril sedang membangun menara sensor di perbatasan AS-Meksiko untuk melacak migran dan mengeksplorasi pengembangan senjata otonom. Bisnis inti Anduril adalah membuat drone perang, namun mereka juga berencana membangun satelit pengawasan, sebuah langkah yang menimbulkan banyak pertanyaan etis. OpenAI baru-baru ini mengumumkan kemitraan dengan Anduril untuk mengembangkan sistem anti-drone, yang bisa menjadi awal dari lebih banyak kolaborasi di masa depan. Namun, perjanjian tersebut menimbulkan kekacauan di dalam OpenAI, dengan banyak karyawan yang tidak ingin terlibat dalam pekerjaan pertahanan.
Apalagi pengaruh Peter Thiel ada dimana-mana. Sebagai pendiri Palantir, salah satu pendiri OpenAI, investor besar di Anduril, dan investor awal di SpaceX, filosofi Thiel sering diringkas sebagai “memprioritaskan kemajuan teknologi tanpa mempedulikan kerugian manusia.” Penulis biografinya, Max Chafkin, mengatakan kekuasaan Thiel, yang menggabungkan permusuhan terhadap demokrasi dan norma-norma kelembagaan dengan kekuatan finansial orang kaya, dapat menimbulkan kerugian. Akibatnya, perilaku jahat kontraktor pertahanan tradisional tampaknya tidak terlalu parah.
Highlight:
1⃣ Perusahaan teknologi seperti SpaceX, Palantir, dan OpenAI membentuk aliansi dan berencana bersaing mendapatkan kontrak pertahanan AS untuk menantang raksasa pertahanan tradisional.
2⃣ Penerapan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan seperti Palantir dan Anduril di bidang pertahanan telah memicu banyak kontroversi etika, terutama pada isu-isu sensitif seperti imigrasi dan perang.
3⃣ Pengaruh Peter Thiel menyebar melalui perusahaan-perusahaan ini, dan konsep kemajuan teknologi yang ia promosikan telah memicu pemikiran mendalam mengenai keamanan dan etika nasional.
Partisipasi perusahaan teknologi dalam persaingan kontrak pertahanan tidak hanya membawa kemungkinan inovasi teknologi, namun juga menimbulkan kekhawatiran mengenai tanggung jawab etis dan potensi risiko. Di masa depan, tren aliansi ini dan dampaknya terhadap industri pertahanan patut mendapat perhatian terus-menerus.