Meta secara aktif menjajaki penerapan kecerdasan buatan di platform media sosial, dan berencana untuk mengintegrasikan profil yang dihasilkan AI ke dalam Facebook dan Instagram agar mereka menjadi bagian reguler dari platform tersebut. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi pengguna dan daya tarik platform, namun juga menimbulkan kekhawatiran mengenai keaslian informasi dan kualitas konten. Meta telah mengambil langkah-langkah untuk memberi label pada konten yang dihasilkan AI, namun efektivitasnya masih harus dilihat. Artikel ini akan mempelajari strategi AI Meta, menganalisis potensi peluang dan tantangannya, serta dampak teknologi AI terhadap pengalaman pengguna dan ekologi media sosial.
Meta sedang meletakkan dasar untuk masa depan, dengan rencana untuk memungkinkan profil yang dihasilkan AI berinteraksi dengan pengguna biasa di Facebook dan Instagram. Beberapa alat sudah mulai dipasarkan, dan Meta berharap karakter AI ini akan menjadi bagian rutin dari jejaring sosialnya.
Connor Hayes, wakil presiden AI generatif Meta, mengatakan perusahaan berharap seiring berjalannya waktu, karakter AI akan menjadi bagian dari platform sosial dan memiliki fungsi yang sama dengan akun manusia, termasuk bios, gambar profil, dan kemampuan untuk memposting konten. “AI ini akan bisa ada di platform kami seperti halnya akun,” kata Hayes kepada Financial Times.
Meta akan mulai menguji coba alat pembuatan karakter AI di Amerika Serikat pada Juli 2024, dan ratusan ribu materi AI baru telah dihasilkan. Meskipun sebagian besar pengguna menyetel karakter AI ini ke pribadi, langkah ini tetap memberikan data berharga bagi Meta untuk mengeksplorasi cara-cara baru dalam berinteraksi.
Meta yakin integrasi AI ini akan membuat aplikasinya lebih menarik dan membantu meningkatkan interaksi pengguna. Hayes menekankan bahwa menjadikan AI lebih bersifat sosial di platform akan menjadi fokus selama dua tahun ke depan. Saat ini, banyak pembuat konten yang sudah menggunakan alat AI Meta untuk menyempurnakan konten yang ada, seperti retouching foto. Namun versi AI selebriti yang diluncurkan Meta pada musim gugur 2023 ini masih belum banyak menarik perhatian.
Meskipun perkembangan ini membawa peluang besar, Becky Owen, mantan kepala tim inovasi kreator Meta, memperingatkan bahwa kemunculan karakter AI dapat membawa risiko tertentu. Dia mencatat bahwa penjahat dapat menggunakan karakter AI ini untuk menyebarkan disinformasi. Dan dibandingkan dengan pencipta manusia, karakter AI tidak memiliki pengalaman di dunia nyata, emosi yang tulus, dan keaslian, yang dapat menyebabkan platform dibanjiri dengan konten berkualitas rendah.
Meta mengatakan bahwa semua konten yang dihasilkan AI akan diberi label dengan jelas, namun penegakan hukum masih menjadi tantangan. Meskipun konten audiovisual dapat diberi anotasi dengan tag "CC", penandaan teks yang dihasilkan AI masih memerlukan pemilihan pengguna aktif.
Meta saat ini sedang menguji cara memasukkan konten hasil personalisasi yang dihasilkan AI ke dalam feed Facebook dan Instagram, yang secara otomatis menyesuaikan dengan preferensi dan tren pengguna dan selanjutnya membentuk apa yang dilihat pengguna melalui interaksi. Konten yang sangat dipersonalisasi ini dapat meningkatkan waktu tunggu pengguna, namun apakah konten tersebut dapat secara efektif meningkatkan pendapatan iklan masih harus dilihat.
Namun, konten AI juga dapat membawa tantangan bagi bisnis periklanan Meta, khususnya, iklan perlu dipadukan dengan konten berkualitas tinggi agar lebih mudah mendapatkan interaksi pengguna yang efektif. Apakah Meta dapat menemukan keseimbangan antara meningkatkan pendapatan iklan dan menjaga kualitas konten masih menjadi pertanyaan kunci.
Dengan munculnya chatbot AI yang dipersonalisasi seperti Character.ai, dampak kecerdasan buatan terhadap kehidupan masyarakat menjadi semakin signifikan. Meskipun chatbots ini dapat memberikan persahabatan, mengurangi kesepian, dan menginspirasi emosi positif dengan pesan-pesan yang mendukung, chatbots ini juga meningkatkan kekhawatiran tentang ketergantungan emosional. Terutama ketika AI secara bertahap menjadi "seperti manusia", pengguna akan dengan mudah mengembangkan ikatan emosional. Fenomena ini terlihat jelas dalam beberapa kasus ekstrim.
Misalnya, seorang pengguna berusia 14 tahun melakukan bunuh diri setelah lama berkomunikasi dengan chatbot, yang menarik perhatian masyarakat luas. Insiden ini juga mendorong orang untuk memikirkan secara mendalam tentang risiko ketergantungan emosional, yang mungkin menjadi lebih serius seiring dengan berkembangnya fungsi antropomorfik seperti suara.
Meskipun strategi AI Meta menghadirkan banyak kemungkinan, strategi ini juga memerlukan penanganan potensi risiko yang hati-hati. Bagaimana mencapai keseimbangan antara kemajuan teknologi dan tanggung jawab sosial akan menjadi isu penting yang dihadapi Meta dan bahkan seluruh industri teknologi di masa depan. Menyeimbangkan pengalaman pengguna, kualitas konten, dan kepentingan komersial adalah kunci kesuksesan Meta di masa depan.