Baru-baru ini, sebuah insiden yang melibatkan penggunaan ChatGPT untuk menulis keluhan palsu untuk menipu McDonald's agar mendapatkan makanan gratis telah menyebabkan diskusi panas. Host podcast menggunakan ChatGPT untuk menghasilkan keluhan palsu dan berhasil menerima makanan gratis. Meskipun tuan rumah menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak menimbulkan kerusakan nyata, namun insiden tersebut memicu kekhawatiran publik dan potensi dampak negatifnya tidak dapat diabaikan. Perilaku ini tidak hanya menantang etika bisnis, namun juga memaparkan risiko penyalahgunaan teknologi AI, yang patut kita pikirkan secara mendalam.
Seorang pembawa acara podcast menggunakan ChatGPT untuk menulis keluhan palsu dan berhasil menipu McDonald's untuk mendapatkan makanan gratis. Langkah-langkah penipuan tersebut antara lain menemukan kuitansi terbengkalai di McDonald's dan kemudian menulis pengaduan melalui ChatGPT. Meskipun pembawa acara podcast mengklaim tidak ada yang dirugikan, masyarakat menyatakan ketidaksenangan dan khawatir hal itu akan berdampak negatif pada restoran. Para komentator menunjukkan bahwa jaringan tersebut dapat menerima banyak ulasan negatif dan akibatnya seseorang dapat kehilangan daya beli.
Kejadian ini mengingatkan kita bahwa meskipun teknologi AI membawa banyak kemudahan, namun juga memiliki risiko digunakan secara jahat. Pengawasan dan edukasi perlu diperkuat untuk memandu masyarakat menggunakan teknologi AI dengan benar dan mencegahnya digunakan untuk aktivitas ilegal. Pada saat yang sama, perusahaan juga harus memperkuat pengendalian internal untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Diharapkan terdapat mekanisme yang lebih lengkap untuk mencegah dan merespons penyalahgunaan AI serupa di masa mendatang.