Pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan telah memicu tantangan baru di bidang hak cipta musik. Organisasi hak cipta musik Jerman, GEMA, baru-baru ini menyatakan posisinya mengenai masalah penggunaan hak cipta musik oleh kecerdasan buatan. Para pemimpin seniornya meminta perusahaan-perusahaan AI untuk menghormati hak-hak pencipta dan menyarankan pembentukan kerangka hukum baru untuk menstandardisasi mekanisme pembayaran perusahaan-perusahaan AI untuk melakukan hal tersebut. pemilik hak cipta. GEMA bahkan mengusulkan agar perusahaan AI membayar 30% pendapatan bersihnya dari penggunaan materi berhak cipta. Langkah ini telah menimbulkan kekhawatiran luas di industri dan mencerminkan kurangnya aturan penggunaan wajar yang jelas di seluruh dunia dalam penggunaan data berhak cipta oleh AI.
Pemimpin senior organisasi hak cipta musik Jerman GEMA baru-baru ini angkat bicara tentang masalah penggunaan hak cipta musik oleh kecerdasan buatan. CEO Dr. Tobias Holzmüller meminta pasar AI untuk lebih menghormati hak pencipta Dr. Ralf Weigand, ketuanya dewan pengawas, menyarankan pembentukan kerangka hukum baru untuk memastikan bahwa perusahaan AI membayar hak cipta Pihak harus membayar remunerasi yang wajar. GEMA mengusulkan agar perusahaan AI harus membayar 30% dari pendapatan bersih mereka dari penggunaan materi berhak cipta.
Pernyataan tersebut merupakan perkembangan terkini setelah GEMA menggugat OpenAI ChatGPT pada November 2024 karena menggunakan lirik berhak cipta. Pada saat yang sama, platform pembuatan musik AI Suno juga menghadapi tuntutan hukum hak cipta dari GEMA dan perusahaan rekaman besar.
Menghadapi tuntutan hukum tersebut, salah satu pendiri Suno, Mikey Shulman, berpendapat bahwa para kritikus salah memahami sifat teknologinya. Dia mengatakan bahwa sistem AI-nya menciptakan musik dengan mempelajari pola dan struktur musik, mirip dengan proses pembelajaran manusia dengan mendengarkan musik, bukan sekadar menyalin lagu tertentu. Argumen pembelaan “belajar tidak sama dengan mencuri” ini sama persis dengan posisi perusahaan AI lainnya dalam kasus serupa.
Perselisihan ini mencerminkan masalah yang lebih besar: kurangnya aturan penggunaan wajar yang jelas di seluruh dunia terkait penggunaan data berhak cipta untuk melatih sistem AI. Pertarungan hukum antara pemilik hak cipta dan perusahaan AI dapat mendorong pembentukan kerangka hukum yang relevan.
Sikap keras GEMA dan pembelaan Suno mewakili pandangan kedua belah pihak mengenai konflik yang sedang terjadi antara AI dan hak cipta. Di masa depan, bagaimana menyeimbangkan pengembangan AI dan perlindungan hak cipta akan menjadi isu penting yang dihadapi dunia, sehingga memerlukan upaya bersama dari semua pihak untuk membangun kerangka hukum dan mekanisme peraturan yang lebih lengkap.