Check Point baru -baru ini merilis sebuah laporan, mengungkapkan jenis baru perangkat lunak pemerasan bernama Funksec, yang telah menyerang setidaknya 85 perusahaan sejak akhir tahun lalu. Funksec ditulis dalam bahasa karat dan menunjukkan tanda -tanda menghasilkan model kecerdasan buatan yang besar. Penemuan ini telah membangkitkan kekhawatiran tentang produksi teknologi AI yang disalahgunakan oleh malware, dan juga menyoroti tantangan baru yang dihadapi bidang keamanan jaringan.
Baru -baru ini, sebuah poin cek perusahaan keamanan yang diketahui merilis laporan yang mengungkapkan jenis baru kuda tebusan bernama Funksec. Sejak akhir tahun lalu, malware ini telah berhasil menyerang setidaknya 85 organisasi perusahaan. Menurut investigasi peneliti, kuda tebusan ini dikembangkan dalam bahasa pemrograman karat, dan ada tanda -tanda kuat bahwa itu dapat secara otomatis dihasilkan oleh model kecerdasan buatan yang besar.
Studi ini menunjukkan bahwa kode FunKSec berisi serangkaian anotasi bahasa Inggris yang mulus, menunjukkan tingginya kecerdasan proses pembangkitannya. Namun, meskipun terlihat profesional di permukaan, mode serangan sebenarnya relatif primitif dan terbelakang, yang lebih lanjut mendukung bahwa Trojan dapat dihasilkan oleh model AI. Para peneliti percaya bahwa peretas dengan kemampuan teknis yang lebih rendah dapat menggunakan model AI ini untuk dengan mudah menghasilkan berbagai malware.
Selain itu, survei juga menemukan bahwa seorang peretas secara terbuka menjual Funksec Trojan di forum bawah tanah dengan nama samaran "el_farado", yang menunjukkan bahwa ia mencari manfaat dengan cara ini. Di belakang perilaku ini mengungkapkan penggunaan peretas teknologi AI, sehingga mereka dapat membuat malware yang kompleks dengan biaya rendah. Yang lebih menarik adalah bahwa peretas yang diposting di forum yang relevan untuk bertanya bagaimana menjadi peretas, yang menunjukkan tingkat teknisnya yang terbatas.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa banyak "mencuri data" yang disebut SO yang diumumkan oleh peretas terkait sebenarnya karena serangan organisasi kriminal lainnya, yang menunjukkan bahwa mereka berusaha membesar -besarkan pengaruh mereka. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan spekulasi peretas diri, tetapi juga memperlihatkan kurangnya kemampuan teknis mereka yang serius.
Dengan kemajuan teknologi, penerapan AI menjadi semakin luas, dan situasi keamanan jaringan menjadi semakin parah. Kejadian ini tidak diragukan lagi membunyikan alarm kepada perusahaan besar, mengingatkan mereka untuk memperkuat langkah -langkah perlindungan cybersecurity dan menahan serangan jahat dari AI -yang didorong.
Insiden Funksec memperingatkan kita bahwa teknologi kecerdasan buatan adalah pedang yang berminyak ganda, dan kenyamanannya juga dapat digunakan oleh para penjahat. Di masa depan, perlu untuk memperkuat pengawasan model AI, meningkatkan kesadaran keamanan jaringan perusahaan dan individu, dan bersama -sama menanggapi ancaman jaringan baru di era AI.